Eko Prasetyo
Kutipan Eko Prasetyo - Orang Kaya di Negeri Miskin
Di sini hanya berisi kutipan. Secuil dari seluruh isi buku. Jangan mudah silau oleh kutipan. Selami bukunya dan pahami sendiri makna tiap kalimatnya. Semoga kutipan dalam buku ini bisa memotivasi pembaca untuk membaca sendiri isi buku yang disajikan di sini.
Selamat membaca.
☺️☺️☺️
"Saya selalu teriakkan dengan lantang bahwa sistem ekonomi pasar dan kebijakan ekonomi pasar dan kebijakan ekonomi neo-liberal menjadi penyumbang utama meningkatnya angka kemiskinan. Tudingan saya memang mengarah pada pemberlakuan sistem ekonomi pasar yang kini dianut oleh berbagai negara, sistem yang diiyakan juga oleh sejumlah ekonom."
--Eko Prasetyo, Halaman: 2
"Bagaimana bisa, kita yakin penguasa itu milik rakyat jika gaya hidupnya jauh dari apa yang dijalani sehari-hari rakyat."
--Eko Prasetyo, Halaman: 3
"Orang miskin seperti sosok pesakitan yang harus dikasihani ketimbang dibela."
--Eko Prasetyo, Halaman: 4
"Golongan ini, yang duduk nyaman sebagai eksekutif bahkan beberapa mengaku aktivis, telah mengekalkan dan mengabadikan kemiskinan. Mungkin benar bahwa menjadi kaya bukan sesuatu yang keliru tapi menjadi bermasalah, ketika kekayaan dibagi dan tidak diratakan."
--Eko Prasetyo, Halaman: 4
"Kami berpendirian, masyarakat yang mementingkan kemuliaan perseorangan adalah bertentangan dengan perikemanusiaan dan memusuhi kepentingan kami."
--Maxim Gorky, Halaman: 5
"Kita doaa membiarkan orang-orang mengira mereka bisa berbuat sesukanya. Kita dosa tidak mempertahankan hak kita atas tanah yang diberikan leluhur pada kita. Kita dosa membiarkan tanah ini, yang diperoleh dari tangan penjajah dengan keringat dan darah. Dikangkangi penjajah baru."
--Ratna Sarompaet, Halaman: 7
"Bertindaklah dengan cara sedemikian rupa, sehingga kamu selalu menghormati perikemanusiaan, entah kepada dirimu sendiri maupun kepada orang lain. Bukan hanya sekali-sekali saja melainkan selalu dan selamanya."
--Immanuel Kant, Halaman: 11
"...pada masa ketamakan ini kita tampaknya lebih memilih orang-orang yang mau diajak berkomplot dan itulah yang kita miliki sekarang di gedung putih, di ruang-ruang sidang dewan bahkan di ruang-ruang kelas."
--Warren Bennis, Halaman: 12
Orang-orang miskin
Yang tinggal dalam selokan
Yang kalah dalam pergulatan
Yang diledek oleh impian
Janganlah mereka ditinggalkan
--Rendra, Halaman: 23
"Di kota ini, bahkan anjing diperlakukan lebih baik dari manusia."
--Bunda Teressa, Halaman: 26
"...saya kemudian percaya kalau kehidupan berbangsa dan bernegara ini memang bisa dihayati dengan terus mencela dan mengkritik."
--Eko Prasetyo, Halaman: 32
"Akan selalu saya ingat beberapa nasihat para utusan Tuhan yang meneguhkan saya akan pentingnya melindungi orang miskin. Satu petuah dari Rasulullah SAW melugaskan kembali mandat sebagai seorang yang ingin perubahan: Tidak akan tersucikan suatu umat selama si lemah tidak dapat menuntut dan memperoleh haknya dari si kuat tanpa rasa takut dan cemas (Muhammad SAW)."
--Eko Prasetyo, Halaman: 33
"Saya tidak muluk-muluk ingin berlimpah kekayaan. Yang penting ada rumah, kendaraan dan investasi pendidikan yang bagus buat anak-anak (Seseorang yang hidupnya kecukupan). Kesenangan yang kita nikmati akan dihilangkan oleh keserakahan untuk memperoleh lebih banyak lagi."
--Anonim, Halaman: 35
"Para orang kaya utama memiliki kekuatan yang sedemikian besar, hingga apabila mereka capek dengan pemerintahan seorang raja mereka pun membunuhnya untuk segera menobatkan raja yang lain."
--Anthony Reid, Halaman: 37
"Di negara demokrasi engkau boleh berbuat sekehendak hatimu bila saja masih berada dalam lingkungan batas hukum. Tapi kalau engkau tak punya uang, engkau akan lumpuh tak bisa bergerak. Di negara demokrasi engkau boleh membeli barang yang engkau sukai. Tapi kalau engkau tak punya uang, engkau hanya boleh menonton barang yang engkau sukai."
--Pramoedya Ananta Toer, Halaman: 43
"Politisi bukan lagi profesi yang mengandalkan kemampuan untuk mengorganisir atau kecakapan dalam merumuskan masalah kebangsaan melainkan orang yang punya jaringan dan modal besar."
--Eko Prasetyo, Halaman: 55-56
"Privatisasi pelayanan sosial dan perusahaan negara dimaksudkan untuk mengubah relasi kepemilikan dan sekaligus distribusi kemakmuran dan kekuasaan politik menuju pemberdayaan besar-besaran kaum kaya, perusahaan besar, dan pemupuk rente, dengan mengorbankan lapisan bawah."
--John Kenneth Galibraith, Halaman: 55
"Rakyat butuh sembako bukan pidato."
--Acep Zamzam Noor.
"Proyek yang kemudian mengambil tema Hak Asasi Manusia, Demokrasi, Transparansi, pemerkuatan isu gender dan akuntabilitas publik menjadi kegiatan favorit sejumlah aktivis. Tak pelak julukan aktivis yang sengsara dan miskin sudah tidak zamannya lagi. Mereka walaupun bergiat dalam program pengentasan kemiskinan tapi tidak berada dalam taraf hidup yang memprihatinkan. Kucuran dana serta kesempatan untuk studi maupun ikut pelatihan ke luar negeri telah menciptakan basis kelas sosial sendiri. Sebuah kelas sosial yang memperoleh uang melalui perumusan gagasan tidak melalui kerja logistik yang memeras keringat."
--Eko Prasetyo, Halaman: 58
"Sungguh baik untuk memiliki uang dan hal-hal yang bisa dibeli dengan uang, tetapi sungguh baik pula untuk sekali-sekali memeriksa dan meyakinkan diri kita, bahwa kita tidak kehilangan hal-hal yang tidak bisa dibeli dengan uang."
--George Horace Lorimer, Halaman: 66
"Kita lebih baik mati sebagai manusia daripada hidup sebagai binatang."
--Eko Prasetyo, Halaman: 74
"Seandainya seorang manusia (yang lengah) memiliki dua lembah yang penuh emas, niscaya pasti ia menginginkan lembah ketiga. Tidak akan memenuhi rongga (ambisi) putra-putri adam, kecuali tanah."
--Rasulullah SAW, Halaman: 78
"Kepedulian pada orang miskin memang perlu untuk ditunjukkan agar tak kelihatan kaya sendirian atau kaya secara berkelompok. Wujudnya mungkin sederhana tapi maknanya bisa jadi dalam bagi si penyumbang, karena kita tak tahu, apa maknanya bagi yang diberi sumbangan. Tapi inilah tabiat orang kaya, beri sumbangan untuk orang miskin karena mungkin itu yang layak bagi orang miskin."
--Eko Prasetyo, Halaman: 80
"Gaya hidup orang kaya memang perlu diimbangi dengan wajah manusiawi. Agar paras kekayaan tidak keterlaluan menumpuk pada segelintir orang. Agar segala kesukaan yang mungkin susah dinalar bisa ditoleransi. Karena memang kesukaan tak selamanya harus sesuai dengan kebutuhan."
--Eko Prasetyo, Halaman: 80
"Kau bisa meniru lakunya tapi tak mungkin bisa meniru keberuntungannya."
--Ki Ageng Soerjomentaram, Halaman: 81
"Dalam budaya konsumerisme, kemerdekaan ekonomi artinya 'menjadi yang paling', potensi manusia diartikan sebagai 'harus memiliki semuanya' dan kebebasan memilih menjadi hak untuk melakukan 'penyedotan lemak'.
--Susan Faludi, Halaman: 89
"Perbedaan utama antara yang orang kaya, orang miskin dan kelas menengah adalah apa yang mereka kerjakan dalam waktu luang mereka."
--Robert T. Kiyosaki, Halaman: 92
"Kita tidak mengarah kepada individualitas yang lebih besar melainkan kepada suatu kebudayaan massal yang dimanipulasi."
--Erich Fromm, Halaman: 105
"Bagi orang-orang generasi korup ini penyesalan atau tobat adalah sesuatu yang mustahil."
--Pramoedya Ananta Toer, Halaman: 111
"Tidak akan lapar orang miskin kecuali karena rakusnya orang kaya."
--Imam Ali, Halaman: 117
"Mungkin lebih sesuai mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidaksanggupan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan dan keperluan-keperluan material seseorang."
--Oscar Lewis, Halaman: 124
"Ketika ada proyek pemberantasan kemiskinan ada banyak LSM yang mencoba memanfaatkannya. Ratusan proposal sedang diseleksi untuk mendapat alokasi dana bagi proyek itu. Jika boleh dibilang, kemiskinan nyatanya membawa berkah besar bagi sebagian kalangan yang mengaku-ngaku aktivis."
--Eko Prasetyo, Halaman: 137
"Kemiskinan bukanlah kejahatan, tetapi kemiskinan mudah menjadi biang kejahatan."
--Anonim, Halaman: 148
"Orang miskin tidak akan semuram itu kehidupannya kalau tidak ada penumpukan kekayaan yang besar. Orang miskin tidak akan berada dalam kubangan yang kejam seandainya tidak ada gaya hidup yang berlebihan."
--Eko Prasetyo, Halaman: 149
"Dan dalam harta mereka (orang yang berkecukupan) itu terdapat hak orang yang meminta dan orang yang tidak memiliki."
--Q.A. 51:19, Halaman: 149
"Kita mau kompromi tapi penguasa dan orang-orang kaya itu selalu menjawabnya dengan kekerasan. Apa yang bisa kita buat kecuali melawannya dengan kekerasan?"
--Oscar Romero, Halaman: 155
"Oscar Romero membawa harapan bagi kaum papa untuk percaya bahwa Tuhan itu ada dan Tuhan selalu mengirim utusannya secara rutin. Seorang utusan yang dengan lantang bicara tentang keadilan dan menyuapi massa tidak dengan pidato melainkan gerekan."
--Eko Prasetyo, Halaman: 157
"Jika ingin mengikuti jalan Nabi maka itulah jalan penderitaan."
--Haji Misbach, Halaman: 157
"Yang menyakitkan lagi jika Ruhaniawan kemudian menjadi kelas sosial yang baru. Bersekongkol dengan penguasa setempat mereka berhimpun dan berperan sebagai pemberi restu tampilnya seorang penguasa. Andai ditanya darimana asal muasal kekayaan yang berlimpah, mereka hanya berucap, inilah Rizki Allah!"
--Eko Prasetyo, Halaman: 159
"Bunda Theresa melihat orang miskin sebagai kekuatan yang memberinya banyak kekuatan. Ia berkata: 'mereka memberi kita jauh lebih banyak dari yang kita berikan pada mereka'."
--Eko Prasetyo, Halaman: 160
"Bukan tidak yakin pada demokrasi tapi jika sistem itu kemudian melahirkan penindasan maka kekuasaan hanya akan menjadi alat pameran kekayaan. Kekuasaan hanya menjadi alat pemeras bagi orang miskin dan kompetisi politik akan dipenuhi oleh calon yang berasal dari saudagar."
--Eko Prasetyo, Halaman: 161
"Untuk melatih mereka sehingga mau bekerja untuk orang miskin tak ada jalan lain kecuali melalui pendidikan. Pendidikan harus melihat kemiskinan dalam bentuk yang sesungguhnya. Pendidikan menyuapi peserta-didik dengan kenyataan akan kemiskinan yang sebenarnya. Arah pendidikan seperti inilah yang menghidupkan kemiskinan bukan dengan deretan angka tapi himpunan manusia yang utuh. Pendidikan semacam inilah yang akan mengusut kemiskinan pada berbagai sebab-sebab struktural dan kulturalnya."
--Eko Prasetyo, Halaman: 161
"Akal sehat adalah kemuliaan manusia, dan satu-satunya senjata melawan kemelaratan kedudukan atau hawa nafsu."
--Pramoedya Ananta Toer, Halaman: 167
Posting Komentar
0 Komentar