Kutipan Eko Prasetyo - Kisah-Kisah Pembebasan dalam Qur'an


"Jika dunia tidak selaras denganmu, bangkit dan tantang dia."
--Iqbal, Halaman: 5

"Orang harus cukup tidak bahagia, untuk merasa ada sesuatu yang harus diperjuangkan dalam hidup."
--George Bernard Shaw, Halaman: 13

"Agama bukan keyakinan yang memapankan melainkan suara protes terhadap tatanan."
--Eko Prasetyo, Halaman: 21

Hidup ini sungguh penuh dengan kejutan yang menegangkan
Hidup ini pergi lebih jauh melampaui apa yang kita rencanakan dan kerjakan
Kita tidak hanya hidup dari pasar untung dan rugi
Kita hidup dari kepercayaan, harapan dan cinta
Pendeknya, dari apa yang tidak dapat kita buat dan kita beli...
--Franz Kamphaus dkk., Halaman: 27-28

"...doktrin-doktrin utama teisme, jika ditafsirkan secara harfiah tidak dapat dipertahankan secara rasional."
--J. L. Mackie, Halaman: 44

"Keberhasilan sains dalam mengembangkan penjelasan-penjelasan yang benar semata-mata didasarkan atas penolakannya untuk menempuh jalan keluar yang gampang dan yang menjadikan Tuhan sebagai penjelasan."
--Norwood Hanson, Halaman: 45

"Tapi apapun penilaian tentang perangai Nuh, Qur'an memberi gambaran umum sikap naif ummatnya. Malahan yang keterlaluan sikap itu karena pertimbangan status ekonomi para pendukung Nuh."
--Eko Prasetyo, Halaman: 47

"Umat nabi Nuh yang sombong ternyata tidak seketika lenyap. Masih banyak watak seperti itu bermunculan. Mereka yang masih merendahkan orang-orang miskin, enggan untuk menerima tanggung jawab dan selalu merasa diri paling utama. Sikap sombong itu yang akan memanen banyak musibah: bukan saja banjir, topan dan kecelakaan; tetapi juga kekuasaan yang ingkar akan tugas mulianya. Saksikan saja di sekeliling kita betapa mudahnya kekuasaan roboh oleh pencurian, penyelewengan dan berbagai bentuk pembunuhan mereka yang tak bersalah. Hebatnya sedikit sekali para pelaku yang bisa dihukum apalagi yang merasa bersalah."
--Eko Prasetyo, Halaman: 48

"Ijinkan saya bilang, dengan resiko mungkin ditertawakan, bahwa seorang revolusioner sejati dituntun oleh perasaan cinta yang kuat. Mustahil untuk membayangkan seseorang revolusioner sejati tanpa sifat ini."
--Eko Prasetyo, Halaman: 53

"Kaum pergerakan tampaknya gagal dalam memahami esensi dan pengorbanan. Keenganan untuk menempuh tindakan berani hanya semata-mata karena motif mendapat kehidupan, melunturkan etos perjuangan yang sesungguhnya."
--Eko Prasetyo, Halaman: 68

"Lenin memegang teguh sikap untuk tetap berada dalam rel revolusi: parlementarisme hanya jalan abu-abu dan mengetahui suara mayoritas buruh. Parlementarisme, menurut Lenin, mendorong mundur perubahan karena tak pernah garang dengan tatanan yang menjadi landasan penindasan. Lenin mengikuti jejak para penghulu utusan Tuhan, memerangi penindas jauh lebih bermartabat ketimbang berunding dengannya."
--Eko Prasetyo, Halaman: 68

"Kenyamanan atau kebahagiaan, sebagai tujuan hidup, tak pernah menarik bagi saya. Suatu sistem etika yang dibangun atas kedua hal itu, menurut saya, hanya cocok untuk kawanan sapi... Sejak masih bocah saya suka mencemooh prinsip-prinsip hidup keseharian yang didasarkan atas ambisi manusiawi. Harta milik, sukses, ketenaran, kemewahan semua itu selalu merupakan sesuatu yang saya pandang rendah. Saya percaya bahwa cara hidup yang sederhana dan tidak berlagak adalah suatu cara hidup yang teebaik bagi setiap orang, jasmani maupun rohani."
--Albert Einstein, Halaman: 97

"Ambillah pelajaran lebih banyak dari musuhmu ketimbang dari temanmu."
--Walt Whitman, Halaman: 100

"Alam ini tak bisa dipaksa untuk mematuhi segala bentuk kerakusan manusia."
--Eko Prasetyo, Halaman: 110

"Musa tidak hanya lolos. Musa ditemukan oleh sang ratu sendiri. Istri raja Fir'aun. Musa kemudian dibesarkan di lingkungan istana. Yang gemerlap, mewah dan sudah barang tentu berkecukupan. Tapi Musa tumbuh dengan kesadaran batin yang berbeda. Istana tak membuatnya congkak. Kemewahan tidak membuatnya sombong. Musa mekar dengan kesadaran batin yang agung. Kesadaran yang berlawanan dengan iklim istana. Ia mudah sekali tersentuh melihat kemiskinan. Sekaligus mudah emosi ketika melihat kekejaman."
--Eko Prasetyo, Halaman: 121

"Kamu tidak akan masuk surga sampai kamu beriman, dan kamu belum beriman sebelum kamu saling mencintai."
--Rasulullah SAW

"Ada bagian-bagian kapal yang, jika berdiri sendiri-sendiri akan tenggelam. Mesin bisa tenggelam. Baling-baling bisa tenggelam. Tetapi jika bagian-bagian kapal dibangun bersama-sama, kapal itu akan mengapung."
--Ralph W. Sookman, Halaman: 139

"Jauhkan aku dari kelimpahan pesta hingga kerakusan membuatku meraih hidangan yang enak-enak, sementara di Hijaz dan Yaman, mungkin masih ada orang yang tidak punya harapan untuk memperoleh sepotong roti, dan yang tidak pernah berhasil menghilangkan seluruh rasa laparnya. Jauhkan aku dari tidur dengan perut kenyang ketika masih banyak orang lapar dan dahaga di sekitarku. Haruslah aku seperti mereka yang ditegur orang lain? Tak cukupkah derita itu mengganggu tidur kekenyanganmu ketika banyak jiwa di sekitarmu membutuhkan selembar kulit domba kering."
--Doa Imam Ali, Halaman: 154

Apa definisi keadilan?
"Alih-alih bicara mengenainya, saya ingin membuatnya dipahami melalui tindakan-tindakan saya."
--Socrates, Halaman: 157

"Tak semua soal harus dihakimi dengan naluri melindungi dan tak semua soal dibereskan dengan memihak pada yang 'tampaknya' lemah. Iman melompat dari yang tampak kedalaman. Itu sebabnya kitab suci bukan sekedar susunan firman tapi juga dorongan untuk bertindak."
--Eko Prasetyo, Halaman: 157

"Sesungguhnya di antara perjuangan yang paling berat adalah memberi nasehat keadilan di depan penguasa yang zalim."
--Rasulullah SAW, Halaman:158

"Jika manusia selalu disibukkan dengan pikiran akan kesenangan dan ketidaksenangan hidup serta keuntungan dan kerugian, maka dia mudah kehilangan ketenangan jiwanya dan tidak mungkin melayang ke bagian langit yang lebih tinggi."
--Eko Prasetyo, Halaman: 161

"Prinsip dasar sifat anti kekerasan adalah sesuatu yang mengandung kebaikan bagimu juga mengandung kebaikan yang sama bagi seluruh alam semesta."
--Gandhi, Halaman: 175

Air berkata kepada yang kotor. 'Kemarilah' maka yang kotor itu akan berkata 'aku sungguh malu'. Air berkata 'Bagaimana malumu akan dapat dibersihkan tanpa aku?'
--Rumi, Halaman: 176

"Tolong ingatlah ini. Jika bangsa ini makmur, akibatnya akan dirasakan oleh semua orang. Setiap pria, wanita dan anak-anak akan memperoleh manfaatnya. Jangan berpikir bahwa dengan memperkaya dirimu sendiri, negerimu akan menjadi makmur. Tidak akan pernah. Jika kamu ingin negerimu dan rakyatmu makmur kamu harus berhenti hidup untuk dirimu sendiri kamu harus mulai hidup untuk masyarakat. Itulah satu-satunya jalan menuju kemakmuran dan kedamaian."
--Badshah Kahn, Halaman: 178

"Sesungguhnya kalian diutus untuk memberi kemudahan dan tidak diutus mempersulit dan menakut-nakuti. Sesungguhnya agama ini kokoh, maka masuklah ke dalamnya dengan lembut."
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Halaman: 193

"Setiap kali kekerasan memasuki sesuatu, ia mencemarinya, dan setiap kali 'keramahan' memasuki sesuatu, ia menyemarakkannya. Sesungguhnya Tuhan memberkahi sikap yang ramah sesuatu yang tidak Dia berkahi dalam sikap yang keras."
--Imam Ali, Halaman: 195

"Bahkan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutan yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan jangan pernah menyerah untuk mencoba. Maka jangan katakan pada Tuhan aku punya masalah tapi katakan pada masalah aku punya Tuhan yang maha segalanya."
--Imam Ali, Halaman: 195

"Tekad laksana gunung berapi yang puncaknya tidak pernah ditumbuhi rumput-rumput kebimbangan."
--Kahlil Gibran, Halaman; 195

"Iman berdiri di atas empat pilar: kesabaran, kepastian, keadilan dan perjuangan: dan kesabaran berdiri di atas empat pilar: kerinduan, kebaikan, asketisme dan kewaspadaan... Tidak ada kekayaan kecuali akal: tidak ada kemiskinan kecuali kebodohan; tidak ada warisan kecuali perilaku yang baik; tidak ada pembantu kecuali nasihat yang baik."
--Eko Prasetyo, Halaman: 268-269

"Barang siapa yang melihat kemungkaran, hendaknya ia mengubahnya dengan tangannya. Bila ia tidak mampu, ubahlah dengan lidahnya. Bila ia tidak mampu, ubahlah dengan hatinya. Yang demikian itu iman yang paling lemah."
--Eko Prasetyo, Halaman: 286

"Anak-anak mengajarkan suatu pelajaran bahwa orang dewasa semestinya belajar: untuk tidak maju menghadapi kegagalan, melainkan harus bangkit kembali dan mencoba lagi. Kebanyakan orang dewasa begitu takut, begitu hati-hati, segitu 'aman' sehingga menjadi demikian enggan dan kaku... Itulah sebabnya begitu banyak manusia yang gagal. Sebagian orang dewasa tengah baya telah pensiun menghindari kegagalan."
--Malcolm X, Halaman: 287

"Bani Adam semuanya anggota badan yang sama karena pada awalnya berasal dari jauhar yang sama. Jika satu anggota sakit karena kemalangan. Anggota-anggota yang lain tak akan menikmati ketenangan. Jika kamu tidak merasakan apa yang orang lain derita. Tidak pantas kamu menyebut dirimu manusia."
--Sa'di, Halaman: 288

Agama sejati tenggelam
Kalah pada bukan agama
Bagi para Mullah agama ialah kesibukan
Mengecam orang sebagai kafir
Bagi si kafir agama ialah bagaimana mengatur siasat dan menimbun kekayaan
Bagi para Mullah agama ialah bagaimana mendatangkan kesulitan atas nama Tuhan.
--Eko Prasetyo, Halaman: 323

"Mereka menjadikan agama sebagai penutup hati nurani dan pengunci akal pikiran. Mereka adalah orang-orang yang tertipu yang berbuat buruk tapi mengira bahwa mereka berbuat baik... musuh yang pintar lebih baik dari penggemar yang bodoh."
--Imam Ali, Halaman: 326

"Siapapun harus menolong saudaranya, apakah dia seorang penindas atau orang yang ditindas. Jika dia seorang penindas, larang dia menindaa. Jika dia yang ditindas, maka tolonglah dia."
--Rasulullah SAW, Halaman: 326

"Bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian. Sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu."
--QS Al-Baqarah: 148, Halaman: 335

"Kemajemukan adalah cermin keadaan masyarakat. Tugas utama manusia adalah berlomba berbuat baik, bukan menghakimi dan merasa diri paling benar."
--Eko Prasetyo, Halaman: 335

"Hampir nama Islam bisa dilekatkan pada apapun. Mode busana, penampilan fisik, hingga lembaga pendikan sampai super market Islam namanya seperti badai yang menyapu bangunan apa saja. Berawal dari istana hingga tontonan film Islami. Tak jarang semua amalan dipraktikkan dengan megah. Haji kuotanya selalu inflasi, Masjid berdiri megah dimana-mana dan pondok pesantren kini melebihi jumlah sekolah umum. Para pembaca dan penghafal Qur'an subur dimana saja tapi kita kehilangan lapisan yang mengamalkan isi Qur'an. Lapisan yang dulu membuat dunia terpesona, malu sekaligus terperangah."
--Eko Prasetyo, Halaman: 352

Posting Komentar

0 Komentar