Albert Camus
Kutipan Albert Camus - Krisis Kebebasan
Di sini hanya berisi kutipan. Secuil dari seluruh isi buku. Jangan mudah silau oleh kutipan. Selami bukunya dan pahami sendiri makna tiap kalimatnya. Semoga kutipan dalam buku ini bisa memotivasi pembaca untuk membaca sendiri isi buku yang disajikan di sini.
Selamat membaca.
☺️☺️☺️
Seperti yang sudah kukatakan, jalan putar yang kami tempuh sangat mahal harganya. Daripada menghadapi risiko diperlakukan tidak adil, kami memilih kekacauan. Namun sementara itu jalan putar ini merupakan kekuatan kami sekarang dan karena itu kemenangan sudah tampak.
--Albert Camus, Halaman: 9
Malam hari merupakan waktu yang tepat untuk merenung. Selama tiga tahun lamanya kaubawakan suasana lengang malam ke negeri dan juga ke dalam lubuk hatiku. Tiga tahun pula kami mengembangkan pemikiran dalam kegelapan, yang memungkinkan kami siap menghadapimu. Sekarang pula saatnya untuk berbicara kepadamu tentang akal budi (intelligence). Sebab kepastian yang kami rasakan bersama tidak lain merupakan kepastian yang memungkinkan kami melihat segala sesuatu secara jelas, berkat pengaruh akal budi atas keberanian. Dan engkau yang biasanya berbicara seenaknya tentang akal budi, kukira akan sungguh-sungguh terperanjat melihat munculnya kembali akal budi dari bayang-bayang maut dan tiba-tiba kembali hendak berperan dalam sejarah kami.
--Albert Camus, Halaman: 9-10
Menjadi manusia bebas tidaklah semudah anggapan kebanyakan orang. Sesungguhnya, satu-satunya orang yang menganggap hal itu mudah justru adalah mereka yang menyangkal kebebasan itu sendiri.
--Albert Camus, Halaman: 31
Sangatlah mudah menjungkirbalikkan nurani seperti itu, sebab akan tampak betapa rapuhnya bila kita teriakkan: jika kalian memang menginginkan kebahgaiaan rakyat, biarkan rakyat sendiri berbicara, kebahagiaan macam apa yang mereka ingnkan, dan kebahagiaan macam apa yang tidak mereka inginkan. Namun sesungguhnya, orang-orang yang menggunakan dalih-dalih semacam itu tahu bahwa semuanya omong kosong belaka.
--Albert Camus, Halaman: 33
Mereka yang menentang kaum pekerja dan budaya demi membenarkan kekuasaan tiran, tidak akan mampu membuat kita melupakan kenyataan bahwa dalam hal apa pun kaum cendekiawan berhubungan erat dengan kaum pekerja, dan sebagainya. Jika kaum cendekiawan dibungkam, kaum pekerja pasti sedang ditindas, sama halnya jika kaum pekerja mulai ditindas, kaum cendekiawan sedang dibungkam mulutnya atau (sedang) mengobral dusta.
--Albert Camus, Halaman: 36
Dan siapa saja yang menyatakan langit biru padahal sebenarnya setengah kelabu, telah melacurkan kata-kata dan mempersiapkan diri untuk menjadi tiran.
--Albert Camus, Halaman: 43
Pemberontakan lahir dari kesaksian atas sesuatu yang tidak rasional, dan dihadapkan pada suatu yang tidak adil serta kondisi yang tidak dapat dipahami. Namun dorongan naluri tanpa pertimbangan yang dimiliki pemberontakan adalah menuntut keteraturan di tengah kekacauan dan persatuan dalarn keceraiberaian pemberontakan memprotes, menuntut dan mendesak agar segala yang tidak benar segara dihentikan, dan semua yang saat ini dibangun di atas pondasi pasir lunak dipindahkan ke atas pondasi batu karang.
--Albert Camus, Halaman: 57-58
Manusia yang darahnya, gaya hidupnya, jantungnya yang ringkih, menyebabkan ia mudah dihinggapi kelemahan-kelemahan paling umum, harus memiliki suatu kesadaran agar mampu menghormati dirinya sendiri - yang berarti juga menghormati orang lain. Itulah sebabnya mengapa saya merasa muak akan sikap berpuas diri.
--Albert Camus, Halaman; 63
Seniman zaman dahulu setidaknya bisa diam saja di hadapan tirani. Sementara itu tirani masa kini lebih maju, mereka tidak lagi menerima sikap diam atau netral. Karena itu orang harus memiliki pendirian, memihak atau menentang. Dalam hal ini saya termasuk yang menentang.
--Albert Camus, Halaman: 71
Seniman tidak dimintai menulis tentang kerja sama dengan tiran, ataupun sebaliknya meninabobokan penderitaan yang terkandung dalam dirinya dan telah dialami banyak orang sepanjang sejarah.
--Albert Camus, Halaman: 74
...tujuan seni satu-satunya adalah memberi bentuk lain terhadap realitas yang dipaksa melestarikan diri sebagai sumber emosi seni itu sendiri.
--Albert Camus, Halaman: 93
Selama seratus lima puluh tahun para penulis menjadi milik masyarakat saudagar yang, kecuali beberapa saja di antaranya, mampu hidup berbahagia tanpa memikirkan tanggung jawab. Mereka memang hidup dan akhirnya mati tanpa kawan, sebagaimana mereka menjalani kehidupan. Tetapi kita, penulis-penulis abad ke-20, tidak akan lagi menyendiri. Lebih dari itu, kita harus tahu bahwa kita tidak akan dapat melepaskan diri dari derita orang banyak, dan bahwa satu-satunya pembenaran, kalau memang harus ada yang dibenarkan, adalah dengan bersuara, selantang-lantangnya, demi orang-orang yang tidak dapat bersuara.
--Albert Camus, Halaman: 96
Tidak ada manusia yang benar-benar adil-yang ada adalah nurani yang berlebihan atau berkekurangan rasa keadilan. Hidup sedikitnya membuat kita paham akan hal ini serta menyebabkan kita sedikitnya berbuat kebajikan untuk mengimbangi kejahatan yang telah pernah kita perbuat di dunia ini.
--Albert Camus, Halaman: 159
Judul : Krisis Kebebasan
Penulis : Albert Camus
Penerbit : Buku Obor
Halaman (isi) : 172
ISBN : 978-979-461-863-9
Buku ini diawali dengan beberapa surat Camus kepada seorang temannya yang berasal dari Jerman. Surat-surat tersebut ditulis pada saat tengah berkecamuknya perang yang memporak-porandakan dunia. Camus dengan penuh kegeramannya mengutuki perang tersebut.
Camus melalui kalimat-kalimat indahnya, mencoba memperingatkan kepada Jerman tentang ancaman yang tengah mereka hadapi. Tentang konsekuensi logis atas tindakan kesewenang-wenangan mereka yang terlampau tragis.
Di bagian terakhir buku, Camus tampak seperti seorang humanis tulen. Berkali-kali ia menguliti keadaan masyarakat dan hukum yang membenarkan hukuman mati. Camus mencoba menabrak hukuman mati tersebut dengan analisis dan sajian data yang menggugah.
Banyak tema yang disajikan dalam buku ini. Terkhusus tema tentang kebebasan yang dibelenggu. Seniman, jurnalis, dan profesi-profesi lain yang terancam kebebasannya, barangkali buku ini adalah bacaan wajib sebab buku ini memaparkan juga tentang dampak ketika kebebasan itu dibelenggu jeruji besi.
Posting Komentar
0 Komentar