Leila S. Chudori
Kutipan Leila S. Chudori - Laut Bercerita
Di sini hanya berisi kutipan. Secuil dari seluruh isi buku. Jangan mudah silau oleh kutipan. Selami bukunya dan pahami sendiri makna tiap kalimatnya. Semoga kutipan dalam buku ini bisa memotivasi pembaca untuk membaca sendiri isi buku yang disajikan di sini.
Selamat membaca.
☺️☺️☺️
Kau akan lahir berkali-kali...
--Prolog, Halaman: 1
Kaki rasanya gatal jika kami hanya berdiskusi sepanjang abad tanpa melakukan tindakan apapun.
--Leila S. Chudori, Halaman: 12
...mengenal kematian pada usia dini adalah luka yang sulit disembuhkan.
--Leila S. Chudori, Halaman: 19
Membawa-bawa fotocopy buku karya Pramoedya Ananta Toer sama saja dengan menenteng bom: kami akan dianggap berbahaya dan penghianat bangsa.
--Leila S. Chudori, Halaman: 20
Kamu harus bisa membedakan mereka yang bermulut besar, omong besar, dengan mereka yang memang serius ingin memperbaiki negeri ini.
--Leila S. Chudori, Halaman: 23
Alasan menahan dan menyiksa tak pernah penting di mata mereka, Laut.
--Leila S. Chudori, Halaman: 25
Semakin aku tumbuh dan semakin melahap banyak bacaan perlahan aku menyimpulkan bahwa ada dua hal yang selalu menghantui orang miskin di Indonesia: kemiskinan dan kematian.
--Leila S. Chudori, Halaman: 28
Penghianat ada dimana-mana bahkan di depan hidung kita.
--Leila S. Chudori, Halaman: 30
Kita harus belajar kecewa bahwa orang yang kita percaya ternyata memegang pisau dan menusuk pinggan kita. Kita tak bisa berharap semua orang akan selalu loyal pada perjuangan dan persahabatan.
--Leila S. Chudori, Halaman: 30
Apa yang kita peroleh di ruang kuliah dan kampus tak akan cukup. Di kampus kita hanya belajar disiplin dan berpikir tetapi pengalaman yang memberi daya dalam hidup adalah di lapangan.
--Leila S. Chudori, Halaman: 32
...kita harus selalu mencoba berbuat sesuau, sekecil apa pun dalam kegelapan negeri ini.
--Leila S. Chudori, Halaman: 35
Aku rasa plonco gaya kuno sudah harus mereka hapus dan cari cara lain yang lebih berguna.
--Leila S. Chudori, Halaman: 70
Diskusi-diskusi itu perlu agar okami semua bisa belajar dengan kritis. Kita tak bisa hanya menelan informasi yang dilontarkan pemerintah. Mereka bikin sejarah sendiri, kami mencari tahu kebenaran. Kita tak bisa diam saja hanya karena ingin aman.
--Leila S. Chudori, Halaman: 75
Apakah gunanya pendidikan
Bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
DI tengah kenyataan persoalannya.
--Rendra, Halaman: 112
Negara ini sama sekali tidak mengen. Tapi aku tahu satu hal: kitaal empat pilar. Kami hanya mengenal satu pilar: presiden (Orde Baru)
--Leila S. Chudori, Halaman: 163
Kami semua mahasiswa, Pak, tidak ada yang di belakang, semuanya sama-sama di depan.
--Leila S. Chudori, Halaman: 168
Akhirnya kami meluncur keluar dari neraka itu dan diantar ke terminal Bungurasih. Sepanjang perjalanan, aku menunduk bukan karena perintah mereka, tapi karena seluruh tubuh ditundukkan oleh rasa sakit setrum, tabokan penggaris besi, dan tendangan sepatu laras bergerigi. Tetapi mungkin yang paling tak bisa kusangga adalah perasaan kemanusiaan yang perlahan-lahan terkelupas selapis demi selapis karena mereka memperlakukan kami seperti nyamuk-nyamuk pengganggu.
--Leila S. Chudori, Halaman: 171
Kita tak boleh jatuh, tak boleh tenggelam, dan samasekali tak boleh terampas karena peristwiwa ini. Keenaran ada di tangan mereka yang memihak rakyat.
--Leila S. Chudori, Halaman: 171
Kita tak ingin selama-lamanya berada di bawah pemerintahan satu orang selama puluhan tahun, Laut. Hanya di negara diktatorial satu orang bisa memerintah begitu lama... Seluruh Indonesia dianggap milik keluarga dan kroninya. Mungkin kita hanya nyamuk-nyamuk pengganggu bagi mereka. Krikil dalam sepatu mereka Tapi aku tahu satu hal: kita harus mengguncang mereka. Kita harus mengguncang masyarakat pasif, malas, dan putus asa agar mereka mau ikut memperbaiki negeri yang sungguh korup dan berantakan ini, yang sangat tidak menghargai kemanusiaan ini, Laut.
--Leila S. Chudori, Halaman: 182
Yang penting kita ingat, setiap langkahmu, langkah kita, apakah terlihat atau tidak, apakah terasa atau tidak, adalah sebuah kontribusi , Laut.
--Leila S. Chudori, Halaman: 183
Penyangkalan adalah satu cara untuk bertahan hidup.
--Leila S. Chudori, Halaman: 239
Aku tak paham, sama sekali tak paham. Jutaan mahasiswa di dunia tergopoh-gopoh bakal menyerahkan skripsinya meski mereka menulis dengan pemahaman teori yang setengah-setengah. Bagi kebanyakan mahasiswa Indonesia, skripsi adalah salah-satu syarat berat yang harus mereka lalui agar bisa sengsara menggondol gelar yang sudah diburu-buru orangtua masing-masing.
--Leila S. Chudori, Halaman: 286
Tak ada yang sempurna di bawah langit.
--Leila S. Chudori, Halaman: 286
Asmara... kita hidup di negara yang menindas rakyatnya sendiri. Bapak sering di antara anak-anak muda yang mengerti bahwa bergerak, meski hanya selangkah dua langkah, jauh lebih berharga dan penuh harkat daripada berdiam diri.
--Leila S. Chudori, Halaman: 290
Peristiwa yang tak nyaman atau menyakitkan tidak perlu dihapus, tetapi harus diatasi.
--Leila S. Chudori, Halaman: 313
Betapa kejinya mereka. Ada sesuatu yang sudah mengeras di dalam jiwa para penyiksanya, juga para pemimpinnya, hingga serangkaian penyiksaan ini sebetulnya lebih seperti olahraga harian untuk menguji daya keji mereka. Siapa yang paling kreatif dalam modus siksaan, mungkin itu yang akan mendapatkan pujian.
--Leila S. Chudori, Halaman: 340
Selama odebaru, Indonesia bagaikan sungai besar dengan permukaan yang tenang, tak ada kericuhan khas demokrasi karena partai politik sudah ditentukan, hukum bisa dibeli, ekonomi hanya milik penguasa dan para kroni, dan rakyat hidup dalam ketakutan. Kini kita belum terbiasa dengan kegaduhan, keramaian dan begitu banyak pertanyaan (yang ceras maupun yang dungu) yang mengomentari laku pemerintah.
--Leila S. Chudori, Halaman: 351
Tolong pahami, diamku adalah luka yang dalam.
--BPA
Yang paling penting untuk langkah awal adalah menyebarkan kesadaran pada masyarakat bahwa ini bukan persoalan pribadi. Ini persoalan kita semua dan bisa terjadi pada siapa saja.
--Leila S. Chudori, Halaman: 359
Aku mencintainya sepenuh hati. Kalau saja usiaku lebih panjang, dialah perempuan yang kuinginkan untuk bersama-sama membangun serangkaian huruf yang membentuk kata; kata menjadi kalimat dan kalimat menjadi sebuah cerita kehidupan.
--Leila S. Chudori, Halaman: 368
Mungkin aksi payung hitam setiap hari kamis bukan sekedar sebuah gugatan, tetapi sekaligus sebuah terapi bagi kami dan warga negeri ini: sebuah peringatan bahwa kami tak akan membiarkan sebuah tindakan kekejian dibiarkan lewat hukuman. Payung hitam akan terus-menerus berdiri di depan istana negara. Jika bukan presiden yang kini menjabat memberi perhatian, mungkin yang berikutnya atau yang berikutnya...
--Leila S. Chudori, Halaman: 373
Posting Komentar
0 Komentar