Di sini hanya berisi kutipan. Secuil dari seluruh isi buku. Jangan mudah silau oleh kutipan. Selami bukunya dan pahami sendiri makna tiap kalimatnya. Semoga kutipan dalam buku ini bisa memotivasi pembaca untuk membaca sendiri isi buku yang disajikan di sini. Selamat membaca.


"Miskin bukanlah aib, cuma saja sangat tidak menyenangkan."
--Halaman: 1, Anonim

"Uang itu seperti indera keenam, dimana tanpa itu, Anda tidak dapat memanfaatkan sepenuhnya lima indera yang lain."
--Halaman: 1, Somerset Maugham

"Terutama saat kemiskinan ini memamerkan wajah yang sesungguhnya."
--Halaman: 5, Eko Prasetyo

"Di muka bumi ini tidak ada satupun yang menimpa orang-orang tak berdosa separah sekolah. Sekolah adalah penjara, tapi dalam beberapa hal sekolah lebih kejam ketimbang penjara, misalnya, Anda tidak dipaksa membeli dan membaca buku-buku karangan para sipir atau kepala penjara."
--Halaman: 7, George Bernard Shaw

"Jika biaya pendidikan mahal maka pendidikan bisa menjadi biang utama proses pemiskinan."
--Halaman: 21, Eko Prasetyo

"Semenjak komunisme diruntuhkan, maka ide sosialisme menjadi basi dan kuno."
--Halaman: 31, Eko Prasetyo

"Argumentasi bahwa mutu pendidikan amat tergantung dari besarnya biaya yang dikeluarkan. Jika demikian maka kutukan bagi orang miskin makin benar, bahwa mereka dilarang sekolah."
--Halaman: 37, Eko Prasetyo

"Semacam keangkuhan rohaniah yang membuay seseorang berpikir bahwa mereka dapat dapat menjadi bahagia tanpa uang."
--Halaman: 39, Albert Camus

"Siapa boleh tinggal di tanah Ibu ini?
Tentu saja siapa yang sanggup membayar hukum Dan membeli surat ijin dagang anakku
Lalu bagaimana dengan saudara-saudaraku yang tak mampu?
Gampang, nak, ikutlah KB jangan banyak anak,
Ini penting demi hidup masa depan sejahtera."
--Halaman: 42, Wiji Thukul

"Orang miskin menjadi sendirian di tengah pameran kekayaan."
--Halaman: 43, Eko Prasteyo

"Barang siapa ingin membantu sembilan orang miskin, maka ia menghadapi resiko menjadi yang kesepuluh."
--Halaman: 49, Peribahasa Afrika

"Pendidikan kali ini menjadi lembaga yang melakukan kekejaman karena menjalankan sensor klas sosial."
--Halaman: 50, Eko Prasetyo

"Sekolah bukan saja lembaga pendidikan untuk mengasah kemampuan berpikir. Melainkan juga lembaga tempat lahirnya para pejuang sosial."
--Halaman: 51, Eko Prasetyo

"Dunia ini sanggup untuk memenuhi kebutuhan setiap manusia, namun tidak untuk kerakusannya."
--Halaman: 55, Mahatma Gandhi

"Sekolah kian menjadi lembaga elite dan bahkan menjadi kekuatan yang menghadang arus mobilitas vertikal kelas sosial bawah."
--Halaman: 63, Eko Prasetyo

"Tiba-tiba ada menteri yang jasanya melakukan penggusuran dan prestasinya melakukan aktivitas korupsi juga ikut mendapat gelar doktor."
--Halaman: 68, Eko Prasteyo

"Entah apa motivasi perguruan tinggi ini menghamba pada kekuasaan dengan memberikan gelar jika tidak karena kehendak untuk tukar-menukar kepentingan."
--Halaman: 68, Eko Prasetyo

"Sekolah memang kebutuhan primer penduduk. Potensi macam beginilah yang kemudian membuat sekolah menjadi mangsa 'pasar' ekonomi yang buas."
--Halaman: 75, Eko Prasetyo

"Tahukah kita kalau menyerahkan sekolah dalam mekanisme pasar, sama dengan memberikan anak bayi pada seorang kanibal?"
--Halaman: 77, Eko Praseto

"Iklan sekolah menjadi mirip dengan iklan deodoran karena memanfaagkan aktor sebagai pemancing."
--Halaman: 79, Eko Prasetyo

"Menipu menjadi cara tercepat untuk memupuk laba dan ternyata memang banyak orang bisa ditipu."
--Halaman: 80, Eko Prasetyo

"Menjadi kebutuhan primer pengusaha untuk bersekutu dengan pemerintah untuk meloloskan berbagai kebijakan pendidikan yang menguntungkannya."
--Halaman: 82, Eko Prasetyo

"Di beberapa perusahaan ada banyak aktivitas yang mengacu pada penetapan kriteria mengenai tenaga kerja seperti apa yang dibutuhkan dan mandat perguruan tinggi adalah menyediakan manusia-manusia yang sesuai dengan prasyarat itu."
--Halaman: 92, Eko Prasetyo

"Aktivitas pendidikan yang semula berorientasi pada upaya pencerdasan beralih menjadi komoditas ekonomi."
--Halaman: 94, Eko Prasetyo

"Lembaga pendidikan yang terpercaya bukan saja dalam konteks pencerdasan melainkan juga terpercaya dalam menjalankan jasa keuangan."
--Halaman: 94, Eko Prasetyo

"Media selain sebagai pembentuk opini juga menjadi legitimasi bagi beroperasinya sekolah yang berorientasi komersial."
--Halaman: 96, Eko Prasetyo

"Dukungan maupun legitimasi bahwa pendidikan memang perlu mahal membuat media menjadi kekuatan yang mengabsahkan arus besar yang keliru ini."
--Halaman: 97, Eko Prasetyo

"Orde baru yang berwajah otoriter dan kapitalistik merupakan hasil sepenuhnya dari pendidikan yang sesat ini."
--Halaman: 97, Eko Prasetyo

"Liberalisasi dalam pendirian sejumlah lembaga pendidikan ini telah menghasilkan banyak sekolah swasta maupun sekolah keterampilan yang tidak memiliki kejelasan tujuan."
--Halaman: 98, Eko Prasetyo

"Hanya mereka yang punya uang dan mampu saja dapat mencicipi bangku sekolah."
--Halaman: 100, Eko Prasetyo

"Munculnya siswa sekolah yang buta atas realitas dan buas dalam melakukan berbagai kegiatan yang semata bertujuan meraup keuntungan."
--Halaman: 100, Eko Prasetyo

"Menyamakan lembaga pendidikan dengan lembaga keuangan jelas merupakan keputusan yang keliru."
--Halaman: 100, Eko Prasetyo

"Pemerintah juga kian sering mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang anti orang miskin, seperti kebijakan penggusuran."
--Halaman: 100, Eko Prasetyo

"Pendidikan berhasil kalau orang menjadi senanh mempergunakan otaknya."
--Halaman: 103, Jaques Barzun

"Tugas pendidikan adalah menggantikan pikiran yang kosong dengan pikiran yang terbuka."
--Halaman: 103, Malcolm Forbes

"Setiap bocah adalah seniman. Masalahnya tinggal cara mempertahankan agar ia tetap artis ketika sudah menjadi dewasa."
--Halaman: 109, Pablo Picasso

"Dalam dunia sekolah: perasaan, pikiran dan harapan disuntikkan melalui kurikulum."
--Halaman: 112, Eko Prasetyo

"Metode untuk membuat anak loyal, patuh dan tidak membangkang ini sangat beragam."
--Halaman: 112, Eko Prasetyo

"Warisan sekolah, melatih anak-anak untuk menjadi dungu ketika menghadapi sesamanya yang menderita."
--Halaman: 114, Eko Prasetyo

"Menatap penderitaan, kemiskinan tanpa rasa mengamuk."
--Halaman: 114, Eko Prasetyo

"Mereka dilatih, dididik, dibina untuk membinasakan siapa saja yang tidak sama."
--Halaman: 116, Eko Prasetyo

"Ciri fundamental kebiasaan adalah bahwa setiap pengalaman yang telah diperoleh memodifikasi pengalaman yang sedang dijalani."
--Halaman: 116, Eko Prasetyo

"Klasifikasi adalah langkah awal untuk memanipulasi kesadaran."
--Halaman: 118, Hannah Arendt

"Konsep pendidikan yang mengunyahkan (Digenstive) atau memberi makan (Nutritive) dimana pengetahuan disuapkan oleh guru kepada murid untuk mengenyangkan mereka."
--Halaman: 120, Eko Prasetyo

"Jika bangsa Indonesia mempercayai bahwa kepercayaan mereka kepada seorang pemimpin atau pemerintah telah dikhianati, maka frustasi mereka tumbuh hingga mencapai titik dimana mereka menjadi mudah terhasut."
--Halaman: 125, Abdurrahman Wahid

"Manakala kerja merupakan kesenangan, hidup merupakan kegemberiaan, manakala kerja merupakan kewajiban, hidup merupakan perbudakan."
--Halaman: 130, Maxim Gorky

"Dan sudah menjadi kisah klasik jika pengangkatan juga harus memberikan setoran kepada sejumlah pejabat."
--Halaman: 133, Eko Prasetyo

"Ukuran keberhasilan pendidikan bukan kemampuannya untuk melindungi guru serta peserta-didik melainkan akumulasi laba yang didapat dari proses pendidikan."
--Halaman: 137, Eko Prasetyo

"Bagi si penindas, apa yang dianggap bermanfaat adalah memiliki lebih banyak - selalu lebih banyak - sekalipun dengan mengorbankan kaum tertindas yang semakin miskin dan tidak memiliki apa-apa."
--Halaman: 138, Paulo Freire

"Kerapkali ribut di lingkungan pendidikan tidak berasal dari perbedaan konsep pengajaran yang ideal melainkan urusan uang.'
--Halaman: 139, Eko Prasetyo

"Sisi birokrasi pendidikan yang masih menjadi lingkaran yang penuh dengan rajutan korupsi."
--Halaman: 139, Eko Prasetyo

"Pengangkatan sebagai pegawai negeri selalu diimbuhi dengan pemberian uang siluman."
--Halaman: 139, Eko Prasetyo

"Bantuan keuangan kerapkali menjadi pesta korupsi antar mereka dan itu pulalah yang membikin sekolah seringkali mengutip dana untuk keperluan yang tidak jelas kebutuhannya."
--Halaman: 140, Eko Prasetyo

"Sekolah kemudian menjadi pelestari perbedaan kelas sosial, karena hanya mereka yang sanggup membayar bisa mengikuti kegiatan yang disediakan oleh sekolah."
--Halaman: 141, Eko Prasetyo

"Kepentingan muridlah yang utama bukan kepentingan lembaga pendidikan."
--Halaman: 145, Eko Prasetyo

"Kekerasan adalah senjata orang yang jiwanya lemah."
--Halaman: 149, Mohandas K. Gandhi

"Penggunaan kekuasaan dalam menyelesaikan masalah pendidikan menjadi kecenderungan menonjol saat-saat ini."
--Halaman: 150, Eko Prasetyo

"Para penguasa bukan saja tipis telinga tapi sudah tebal muka untuk tidak lagi malu melakukan penganiayaan terhadap nasib guru."
--Halaman: 150, Eko Prasetyo

"Hanya penguasa seperti Hatta dan Tan Malaka yang melihat pendidikan merupakan aset penting sebuah bangsa."
--Halaman: 152, Eko Prasetyo

"Elit politik masih sibuk mengurusi bagaimana cara untuk memperkaya diri sendiri."
--Halaman: 152, Eko Prasetyo

"Untuk perumahan dan mobil mereka bisa beradu argumen dengan keras. Tapi untuk membangun tempat pendidikan yang rusak bangunannya mereka akan mencoba mencari pemakluman."
--Halaman: 153, Eko Prasetyo

"Melihat pendidikan sebagai komoditi bukan sebagai bagian dari kekuatan peradaban."
--Halaman: 153, Eko Prasetyo

"Anak-anak masuk sekolah sebagai tanda tanya, keluar sekolah sebagai tanda titik."
--Halaman: 155, Neil Postman

"Sekolah di sini memiliki mandat, selain mencerdaskan juga diharapkan mampu membereskan soal pengangguran."
--Halaman: 159, Eko Prasetyo

"Pengangguran jadi hantu yang tidak bisa dimusnahkan hanya dengan doa."
--Halaman: 160, Eko Prasetyo

"Kesalahan terbesar sekolah ialah mencoba mengajarkan segala hal kepada anak-anak dan menggunakan rasa takut sebagai motivasi dasar."
--Halaman: 164, Stonley Kubrick

"Edukasi berasal dari bahasa latin yaitu educare yang artinya membawa keluar."
"Halaman: 165, Eko Prasetyo

"Berhadapan dengan sistem pengajaran yang dipaket dan dibakukan membuat sekolah menjadi lembaga resmi yang menindih keberanian siswa."
--Halaman: 165, Eko Prasetyo

"Semakin tinggi pendidikan, yang diperoleh bukan pengetahuan. Melainkan bagaimana memanfaatkannya untuk menipu serta sewenang-wenang."
--Halaman: 190, Eko Prasetyo

"Mereka semua bisa jadi merupakan pelajar terbaik yang pernah diperoleh sekolah tapi pelayan publik terburuk yang didapatkan oleh rakyat."
--Eko Prasetyo.